B O O K R E V I E W
Buku ini ditulis oleh Kris Lundgraard, terdiri dari 13 bab, dan membahas mengenai dosa dalam diri manusia, serta setiap akhir dari masing-masing bab terdapat pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi, refleksi dan meditasi.
Pertama-tama yang dijelaskan dalam buku ini adalah mengenai hukum dosa. Hukum dosa dapat diibaratkan seperti hukum gravitasi. Hukum gravitasi bukanlah sebuah hukum yang berasal dari luar, tetapi sebuah kekuatan dari dalam yang membuat objek-objek “mematuhi keinginannya”. Dosa yang ada di dalam diri juga bekerja seperti itu, menarik dan memaksa kita memenuhi tuntutannya, serta mempunyai kekuatan untuk menekan kita agar tunduk padanya.
Hal ini menuntut kita untuk harus mengenal hati kita. Semakin kita menemukan kekuatan dari dosa yang berdiam dalam diri kita, maka kita akan semakin membencinya, dan sebanding dengan kebencian kita terhadapnya, maka kita akan lebih berserah pada Tuhan untuk melawan dosa dalam diri kita. Kita harus tahu bahwa hati kita terdiri atas akal budi (mind), keinginan (afeksi), dan kehendak (will). Akal budi adalah penjaga jiwa yang diperintahkan untuk menghakimi dan menentukan apakah sesuatu hal adalah baik dan menyenangkan Allah sehingga afeksi bisa mengingininya dan kehendak bisa memilihnya.
Oleh karena itu, tugas pertama dari akal budi adalah mengetahui kejahatan dosa dan kebenaran tentang kasih Allah. Sering kali kita berpikir bahwa kedagingan adalah musuh kita, akan tetapi kedagingan membenci kita karena Allah berada di dalam diri kita: “keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh” (Galatia 5:17). Kedagingan menolak segala sesuatu yang berbau Allah, terutama persekutuan dengan-Nya, dan kedagingan memiliki begitu banyak cara menipu kita untuk menjauhkan diri dari Allah. Kedagingan membuat kita meremehkan dosa dan hanya memikirkan pengampunan setelah berdosa, sehingga membuat kita lupa bahwa kita diselamatkan untuk menjadi kudus.
Hal ini berarti bahwa kita memiliki tanggung jawab yang besar untuk menghidupi hidup kita dengan motivasi dan cara-cara yang sesuai kehendak Tuhan hari lepas hari. Alat luar biasa untuk tetap bersekutu dengan Allah adalah meditasi dan doa pribadi (1 Korintus 15:58, 2 Petrus 3:17). Di dalam meditasi dan doa ini kita membandingkan hati kita dengan Alkitab. Kita mempertimbangkan kebenaran sebagaimana terdapat di dalam Yesus, melihat hidup-Nya terbentuk di dalam diri kita. Namun, pada saat yang sama kedagingan akan berusaha menghentikan doa dan meditasi kita, yaitu menyerang kelemahan kita. Dosa yang berdiam di dalam diri kita memanfaatkan kemalasaan dan kelalaian alamiah kita menyangkut perkara-perkara rohani, menggoda kita untuk mengesampingkan tugas-tugas rohani satu demi satu. Kedagingan tidak akan meniadakan Allah dari pikiran kita dalam serangan pertamanya. Tetapi ia akan menyesatkan kita sehingga semakin kurang memikirkan Allah, meyakinkan kita bahwa kita bisa hidup dengan doa yang sedikit berkurang, devosi pribadi yang semakin singkat atau semakin jarang, sampai akhirnya ia meyakinkan kita bahwa kita bisa hidup tanpa berbicara dengan Allah sama sekali.
Meskipun demikian harapan tetap ada. Cara untuk melindungi pikiran, perasaan dan kehendak kita dari tipu muslihat kedagingan ialah melihat pada salib. Kita harus memahami arti salib agar kita mengetahui apa yang sepantasnya diterima oleh dosa. Salib menunjukkan betapa Allah membenci dosa, sehingga Allah rela menyelamatkan kita dari dosa dengan memberikan Anak-Nya yang begitu dikasihi-Nya menderita dan akhirnya tergantung di atas kayu salib. Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus membawa berita sukacita bagi kita. Dalam Roma 6:2, Paulus menulis bahwa kita “telah mati terhadap dosa”, namun pada saat yang sama Paulus mendesak kita “hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya” (Roma 6:12). Hal ini menunujukkan bahwa kuasa dosa terus berusaha untuk mengendalikan kehidupan kita.
Oleh karena itu, kita harus percaya bahwa iman kepada Allah Tritunggal menjadi satu-satunya hal yang menghancurkan kedagingan karena “keselamatan adalah dari TUHAN” (Yunus 2:9). Keselamatan adalah karya Allah dari awal hingga akhir. Allah yang memilih kita sejak awal, senantiasa memelihara kita, maka pertumbuhan kita di dalam kekudusan-Nya adalah karya-Nya juga (Filipi 2:13). Sehingga kabar baik tentang pengorbanan dan kemenangan Yesus Kristus bukan hanya melepaskan kita dari neraka secara cuma-cuma, tetapi kita juga dimampukan menjadi serupa dengan-Nya. Semua kabar baik ini “bertolak dari iman dan memimpin kepada iman” (Roma 1:17). Kita harus mengimani bahwa hanya darah Yesus yang dapat menyelamatkan kita dari dosa, karena Yesus adalah Anak Allah Yang Hidup.
Sebagai orang pilihan Allah, kita harus melaksanakan prinsip tanggung jawab yang bergantung. Kita bertanggung jawab dalam setiap pergumulan melawan dosa, baik itu dosa kemalasan, iri hati, kemarahan, keegoisan, hawa nafsu, ketidakpuasan, kesombongan, dan lain sebagainya. Namun pada saat yang sama kita bergantung sepenuhnya pada kuasa Roh Kudus. Membunuh kedagingan adalah tugas kita, tetapi itu adalah karya-Nya (Roma 8:13). Berjalan oleh Roh maka kita akan melihat Roh bekerja di dalam kita dan melalui kita untuk membersihkan kuasa dosa yang ada dalam hidup kita. Roh yang akan mengingatkan kita tentang bahaya dosa, meneguhkan hati kita di dalam pengharapan akan pertolongan dari Kristus, mendukung kita ketika kita berseru kepada Allah atas dosa, dan kuasa Roh yang memenuhi setiap langkah hidup kita.
Saya mendapati bahwa hukum dosa ini begitu menghantui diri saya. Selama ini saya tidak menyadari bahwa hukum dosa bekerja sedemikian halus. Ketika saya mendengar khotbah dari pendeta atau teman-teman, saya mau berkomitmen untuk melakukan saat teduh rutin dan belajar mengendalikan pikiran ketika ada masalah. Akan tetapi terkadang saat saya ingin bersaat teduh, pikiran saya mulai mengatakan nanti saja, sehingga saya menunda-nunda dan akhirnya lupa untuk bersaat teduh. Atau ketika terjadi masalah dengan orang lain, pada saat-saat tertentu saya langsung berespon dengan marah, padahal saya sangat menyadari bahwa hal tersebut sangatlah tidak benar.
Saya merasakan kuasa Roh Kudus selalu mengingatkan saya dan menguatkan saya. Saya juga bersyukur memliki komunitas doa bersama di tempat ini dengan beberapa teman yang selalu mengingatkan dan mendukung saya melalui sharing Firman dan evaluasi perubahan sikap setiap minggu. Saya percaya Allah berdaulat atas hidup saya (Ratapan 3:37-38), dan Roh Kudus bekerja di dalam saya untuk menghadirkan situasi-situasi yang menantang agar saya terus bertumbuh menjadi pribadi yang serupa dengan-Nya (Roma 8:28-29).
Berdasarkan isi buku tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum dosa ada di dalam diri kita dan berusaha menguasai kita agar kita menjauhkan diri dari Allah. Dosa sangat berbahaya dan mengancam hidup kita. Akan tetapi Kristus telah menang atas dosa, dan kita telah diselamatkan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sepenuhnya berdaulat atas hidup kita, dan Roh Kudus selalu menuntun pikiran, perasaan, dan kehendak kita. Dalam Filipi 4:13 Paulus berkata “Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang menguatkan aku”. Ayat ini menunjukkan bahwa kita dapat mengahancurkan kuasa kedagingan dalam diri kita saat kita bergantung sepenuhnya pada Roh Kudus yang memberi kekuatan, sehingga kita dimampukan untuk menjalankan tanggung jawab sebagai orang pilihan Allah yang dikuduskan bagi-Nya. Dan kita percaya bahwa Roh Kudus tidak sekadar menolong kita, tetapi Dialah yang sesungguhnya mengatur transformasi rohani kita.