Siswa tampak tidak bersemangat untuk belajar karena sebelumnya mereka dimarahi
oleh mentor saya. Beberapa siswa melakukan pelanggaran sehingga mentor saya
sangat marah. Siswa menjadi takut dan diam.
Saya memulai pembelajaran
dengan meminta siswa menyanyikan lagu kesimpulan yang saya ajarkan kemarin.
Siswa terlihat tidak bersemangat. Hanya beberapa siswa saja yang menyanyi
dengan antusias.
Jalan keluar yang saya ambil adalah saya bertanya apakah mereka mengerti
mengapa mereka dimarahi. Beberapa memberanikan diri untuk menjawab bahwa mereka
melakukan kesalahan. Saya memberikan penjelasan singkat kepada mereka agar
mereka tahu tujuan guru memarahi mereka. Saya juga bertanya alasan lain yang
membuat mereka tidak bersemangat. Akhirnya saya memahami alasan-alasan spesifik
yang membuat mereka tidak bersemangat untuk belajar.
Pembelajaran pun dilanjutkan. Saya meminta siswa untuk duduk dalam
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Saya menjelaskan bahwa saya
akan memberikan bintang kepada kelompok yang aktif menjawab dan bertanya serta
kelompok yang mau duduk rapi dan tidak mengobrol. Siswa menjadi lebih aktif
merespon pembelajaran. Siswa bersemangat menjaga sikap agar menjadi kelompok
terbaik.
Saya meminta tiga siswa dari tiga kelompok yang rapi untuk maju ke depan dan
membacakan teks cerita yang saya sediakan.
Selanjutnya saya melakukan
tanya jawab dengan masing-masing kelompok mengenai pendapat mereka terhadap
sikap orang dalam cerita tersebut. Siswa mulai aktif memberikan pendapat dan
bertanya. Selanjutnya siswa mengerjakan soal pemandu yang saya berikan secara
individu.
Hari ini saya belajar bahwa suasana hati siswa sangat mempengaruhi keinginan
mereka untuk belajar. Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar bukan
berarti bahwa siswa tidak aktif atau materi yang guru ajarkan kurang menarik.
Terkadang guru perlu mencari tahu alasan mengapa siswa tidak siap untuk
belajar.
Saya menyadari bahwa saya
terbiasa untuk menganggap semua yang terjadi haruslah ideal. Saya berekspektasi
bahwa setiap siswa tentu tahu tugasnya datang ke sekolah sehingga apabila siswa
tidak aktif berarti siswa itu sendiri yang malas.
Saya juga selalu menganggap bahwa mendengarkan penjelasan siswa mengenai
perasaan mereka adalah tindakan membuang-buang waktu.
Akan tetapi Tuhan Yesus menunjukkan hal yang sebaliknya. Ia tidak
menganggap mendengarkan anak-anak sebagai hal yang tidak penting dan
tidak perlu diberi waktu. Tuhan Yesus sangatlah sibuk karena harus melakukan
begitu banyak hal dalam masa kehadirannya yang singkat di muka bumi ini, tetapi
Dia tetap bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkan anak-anakya
benar-benar menyadari bahwa seni berbicara memang penting dalam mengajar, namun
seni mendengarkan pun tidak boleh diabaikan.
Oleh
karena itu, sebelum menyimpulkan apa yang terjadi di dalam kelas, saya harus
bersedia mendengarkan siswa-siswi saya. Saya dapat menarik kesimpulan dan
menerapkan solusi yang terbaik ketika saya bersedia mendengarkan mereka
terlebih dahulu. Saya berkomitmen untuk terus memperbaiki sikap saya dalam
melihat dan menilai kondisi kelas.