Saya melakukan observasi selama satu minggu di kelas II dan kelas III. Saya mengobservasi mentor saya dan seorang guru subjek yang mengajarkan pendidikan karakter di kelas III. Saya juga mengobservasi wali kelas II yang mengajar Matematika. Saya mengamati proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. Saya melihat bahwa guru di kelas II dan III memiliki pemahaman materi yang cukup dalam. Mereka juga memiliki cara memanajemen kelas yang berbeda-beda.
Mentor saya terlihat lebih fleksibel. Tidak ada aturan kelas yang cukup berarti. Ia secara langsung menegur siswanya dengan berteriak. Guru pendidikan karakter memiliki beberapa peraturan kelas. Ia juga menerapkan sistem memberi penghargaan kepada siswa yang menunjukkan sikap baik selama mengikuti pembelajaran. Guru wali kelas II terlihat kreatif dalam mengajar. Ia juga sangat bersemangat dalam mengajar. Manajemen perilaku siswa juga cukup baik.
Saya juga melihat kondisi guru-guru lainnya. Secara keseluruhan guru yang ada di sekolah ini sudah menikah. Mereka sangat perhatian dengan siswa-siswanya. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dalam satu kelas. Guru dan siswa terlihat seperti teman. Saya merasa terberkati dengan sikap kepedulian mereka. Guru-guru berusaha keras agar setiap anak mendapat nilai yang baik. Mereka benar-benar mengembangkan ranah kognitif siswa. Setiap mata pelajaran harus diberikan pekerjaan rumah minimal 10 soal. Tujuannya agar siswa selalu belajar di rumah.
Waktu istirahat diadakan dua kali dalam sehari dengan durasi masing-masing 15 menit. Setiap pembelajaran harus terdapat tes dalam bentuk tertulis. Saya melihat guru-guru cukup bekerja keras dalam hal ini. Mereka menunjukkan komitmen dalam mengajar. Bahkan mereka akan sangat kecewa jika siswa mendapat nilai yang kurang baik.
Saya belajar satu hal selama observasi satu minggu ini. Saya sempat bercerita dengan seorang guru muda yang mengajar Bahasa Inggris dari TK-SMP. Ibu ini menceritakan pengalaman mengajarnya sembari memberikan penguatan kepada saya sebelum saya mengajar nantinya. Ia pernah dimarahi oleh orang tua siswa karena ia salah mengajar. Ibu ini juga tidak jarang dimarahi kepala sekolah dan teman guru yang lain. Ia mengatakan bahwa ia bekerja keras dalam belajar untuk mendalami kontennya yang kurang sebab ia mengajar banyak kelas dengan materi yang berbeda-beda.
Beliau bercerita banyak tentang hidupnya. Saya bertanya alasan ia tetap bertahan di tempat ini dengan jadwal mengajar yang sangat padat, padahal rumahnya juga cukup jauh dari sekolah ini. Satu jawaban yang terekam jelas dalam pikiran saya adalah “karena saya mencintai pekerjaan saya”. Menurut saya ini jawaban yang terlalu klasik.
Beliau lalu menjelaskan lebih lanjut bahwa semua orang pasti memiliki kemampuan dalam bekerja. Tetapi orang yang mencintai pekerjaannya akan memiliki semangat yang berbeda. Mencintai pekerjaan adalah pilihan masing-masing orang. Setiap orang berani memilih karena mereka tahu beban yang Tuhan berikan dalam hati mereka. Jika sudah memilih untuk mencintai suatu pekerjaan maka kita harus terus berkomitmen untuk mencintainya. Kita juga harus ingat bahwa mencintai itu kata kerja sehingga ia harus aktif melakukan tindakan.
Saya merefleksikan semua yang terjadi selama masa observasi. Saya mengakui bahwa karena kasih, Kristus mati untuk umatNya. Saya perlu memanajemen kelas dengan baik, menerapkan pemberian tugas yang relevan dengan usia anak, dan menciptakan pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan satu aspek dari diri anak. Tetapi hal yang jauh lebih penting adalah apakah sesungguhnya saya telah memilih untuk mencintai panggilan saya sebagai seorang guru ataukah belum. Inilah hal yang saya refleksikan. Mencintai adalah pilihan, dan mencintai adalah kata kerja. Butuh komitmen dan kerja keras.
Saya percaya bahwa ketika saya mencintai panggilan saya menjadi guru, bukan berarti bahwa semuanya akan berjalan mulus. Bukan berarti bahwa hidup akan menjadi lebih mudah. Namun satu hal yang pasti, saya tidak sedang menjalani hidup dengan terpaksa. Saya bersyukur untuk panggilan yang Tuhan percayakan, dan saya akan bekerja keras untuk menjaga kepercayaan ini.
Rutsri Marlinda Pian
Senin, 18 Januari - Jumat, 22 Januari 2016